13 Bahaya Obesitas pada Anak Usia Sekolah (Penyebab & Cara Mengatasinya)

Minggu, 24 Juli 2016

13 Bahaya Obesitas pada Anak Usia Sekolah (Penyebab & Cara Mengatasinya)


Dokter Laila Hayati, M.Gizi, SpGK di dalam acara SOHO #BetterU: Hari Gizi Nasional, membahas tentang obesitas, yang merupakan suatu kondisi penumpukan jaringan lemak berlebihan di dalam tubuh.

Masalah obesitas tidak hanya terjadi di negara maju, tetapi juga di negara berkembang, termasuk di Indonesia.

Angka obesitas di kalangan anak di Indonesia menunjukkan tren meningkat. Salah satu faktornya karena meningkatkan kondisi ekonomi keluarga, yang berimplikasi semakin mudahnya akses pada berbagai bentuk macam makanan, terutama yang tinggi kandungan lemak dan gula.

Faktor lainnya, sekarang banyak anak yang menghabiskan waktunya bersama perangkat (gadget) permainan elektroniknya.

Disisi lain, tidak sedikit orang tua yang senangnya ketika anaknya gemuk atau chubi, karena akan menjadi fokus utama lingkungan sekitar menjadi hal menyenangkan, bahkan banyak yang mencubit, mencium karena gemas melihatnya.

Bahaya Obesitas pada Anak Usia Sekolah (Penyebab & Cara Mengatasinya)

Penyebab lainnya obesitas (kelebihan berat badan) pada anak karena faktor keturunan. Resiko obesitas bisa meningkat pada anak yang memiliki orang tua yang juga mengalami obesitas.

Penyebab paling utama anak obesitas adalah pola makan, beberapa makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan lemak memberikan dampak kegemukan, seperti coklat, permen, minuman dan makanan tinggi kandungan gula, junk food, keju, dll.

loading...

Faktor psikologis juga bisa menjadi penyebab
Obesitas yang dialami oleh anak atau remaja, terkadang terjadi karena mereka menjadikan makanan sebagai pelarian dari rasa putus asanya (frustrasi) terhadap pelajaran di sekolah atau masalah lainnya yang dihadapinya.

Cara mengetahui obesitas pada anak
Masalah obesitas pada anak mudah dikenali. Beberapa gejala klinis mudah terlihat seperti tinggi dan berat badan yang tidak seimbang, ukuran penis yang terlihat kecil (karena tenggelam akibat jaringan lemak di sekitar penis yang meninggi)...

...kemudian penumpukan lemak di sekitar perut dan sekitar payudara, dan bentuk kaki yang bengkok akibat terlalu berat menopang beban tubuh.

Dokter Laila Hayati, M.Gizi, SpGK menjelaskan pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, rendahnya kontrol orang tua terhadap makanan yang dikonsumsi anak, menjadi faktor dominan anak terkena obesitas. Menurutnya, obesitas bisa dicegah.

Obesitas pada anak bahayanya tidak hanya meningkatkan risiko penyakit kronis. Anak yang mengalami obesitas juga dapat mengalami masalah secara sosial dan emosional.

Sehingga, masalah ini tidak bisa dianggap sepele, kegemukan pada anak menimbulkan beberapa masalah yang cukup serius, berikut di bawah ini pembahasannya:

(masalah pada fisik)

#1. Diabetes tipe 2
Obesitas pada anak banyak terjadi karena pola makan yang tidak baik (makan berlebihan), salah satunya konsumsi makanan dan minuman manis yang telalu banyak.

Diabetes tipe 2 adalah sebuah penyakit kronis yang paling mungkin terjadi pada anak obesitas. Ilmu kedokteran di Amerika Serikat mengemukakan diabetes tidak hanya berpotensi menyerang orang dewasa, tetapi juga rentan menyerang anak usia belasan tahun yang mengalami kelebihan berat badan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada sebelas anak. Sebelas anak yang sedang terserang diabetes dan membutuhkan lebih banyak insulin untuk menghilangkan ketergantungan terhadap pil diabetes.

Seperti dilansir dari AP,  seorang ahli bedah anak di Cincinnati Children's Hospital Medical Center yaitu D. Thomas Inge menemukan keterkaitan kelebihan berat badan pada anak dengan resiko diabetes tipe ke-2.



#2. Asma
Anak-anak yang kelebihan berat badan lebih berisiko terserang asma. Hal itu karena kelebihan lemak di dalam tubuh yang dapat berakibat anak rentan mengalami sesak napas

Bobot tubuh berlebihan mendatangkan beban tambahan bagi paru-paru, menyebabkan munculnya penyakit ini.

#3. Sistem imun yang terganggu
Obesitas meningkatkan resiko inflamasi. Dimana masalah inflamasi bisa mempengaruhi otak, yang membuat suasana hati lebih mudah berubah.

#4. Kolesterol dan tekanan darah tinggi
Konsumsi makanan secara berlebihan, ataupun konsumsi makanan yang tidak sehat, tinggi lemak, tinggi kandungan gula dll, bisa mengakibatkan anak mengalami tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi.

Hal itu karena terjadinya penumpukan plak di pembuluh darah, karena terlalu banyak lemak didalam  tubuh. Penumpukan plak ini, jika berlangsung terus-menerus dalam waktu panjang membuat penumpulan tersebut masuk ke tahap mengeras, dan akhirnya menyumbat pembuluh darah, yang artinya meningkatnya resiko serangan jantung dan stroke.

Dokter Laila Hayati, M.Gizi, SpGK mengatakan bahwa obesitas dapat menyebabkan arteri karotis dan kolesterol tidak normal, karena kondisi di dalam darah terdapat banyak lemak sehingga membahayakan pembuluh darah.

"Orang yang mengalami obesitas juga berpotensi mengalami gangguan hati, gangguan makan, anoreksia, infeksi kulit dan asma, serta gangguan pernafasan lainnya," katanya

#5. Perlemakan hati non-alkohol
Perlemakan hati non-alkohol merupakan penyakit organ hati karena masalah kegemukan yang dialami, bukan karena konsumsi alkohol. Penyakit ini mengakibatkan jaringan parut dan kerusakan hati.



#6. Pubertas dini
Obesitas juga mengakibatkan anak mengalami ketidakseimbangan hormon, hal ini jarang dibahas. Akibat kondisi ketidakseimbangan hormon membuat anak bisa mengalami pubertas dini, seperti menstruasi lebih awal dari umumnya yang terjadi.

#7. Gangguan pernapasan
Anak yang mengalami obesitas lebih rentan terkena masalah gangguan pernapasan. Sehingga, anak sering mendengkur saat tidur.

#8. Gangguan tidur
Masalah obesitas bisa membuat pernapasan anak yang mengalaminya menjadi tidak normal, seperti yang sering terjadi adalah mendengkur saat tidur. Kualitas istirahat (tidur) anak menjadi menurun akibat gangguan pada pernapasannya ini.

Salah gangguan tidur yang paling dikhawatirkan pada anak dengan obesitas adalah OSA (obstructive sleep apnea), merupakan sebuah kondisi napas berhenti saat tidur yang akhirnya dapat menyebabkan kematian.

(masalah sosial dan emosional)

#9. Merasa rendah diri
Tubuh dengan berat berlebihan kerap membuat orang menjadi tidak percaya diri dalam pergaulan sehari-hari. Tidak jarang kita lihat anak obesitas seringkali diledek atau bully di sekolah.

Tentunya, fenomena seperti ini tidaklah baik, yang membuat anak sering di-bully akan merasa rendah diri, sehingga sulit bisa memunculkan rasa percaya dirinya.

Hingga dampak yang terburuk adalah anak mengalami stres dan depresi, seperti di negara Jepang dimana banyak anak umur sekolah melakukan bunuh diri karena di-bully oleh teman-teman di lingkungannya.

#10. Gangguan perilaku
Anak obesitas lebih berisiko mengalami masalah kecemasan, yang berimplikasi pada keterampilan yang menjadi kurang baik di sekolahnya. Hal ini terus berimplikasi pada gangguan perilaku pada anak obesitas, yang membuat anak menarik diri dari lingkungan sosial.



#11. Depresi
Depresi menjadi komplikasi yang sangat serius dapat dialami anak obesitas. Tanda-tanda anak yang depresi yaitu sering menangis, hilang semangat tiba-tiba, kehilangan minat dalam kegiatannya sehari-hari, dan tidur lebih lama waktunya (dari biasanya dia tidur).

Rasa tidak nyaman dan percaya diri membuat anak menjadi rentan mengalami depresi, sehingga orang tua perlu mendampingi.

#12. Prestasi sekolah Anak menurun
Sebuah penelitian di Amerika dan Inggris menemukan bahwa obesitas tidak hanya mempengaruhi kesehatan anak, tetapi juga prestasinya di sekolah, terutama pada anak remaja perempuan.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada sekitar 6.000 pelajar di Inggris, membandingkan antara indeks massa tubuh pada para pelajar, dari ketika mereka berusia 11-16 tahun dengan prestasi mereka di sekolah.

Sekitar 71% pelajar memiliki berat badan normal, dan sekitar 15% pelajar mengalami obesitas pada awal penelitian dilakukan.

Para peneliti kemudian memberikan ujian akademis berupa ujian bahasa inggris, matematika, dan ilmu pengetahuan alam sebanyak 3 kali, yaitu saat mereka berusia 11, 13, dan 16 tahun.

Dengan menyingkirkan faktor-faktor resiko lainnya, diantaranya status sosial ekonomi, IQ anak, dan siklus menstruasi, para peneliti menemukan (dari hasil penelitian panjang tersebut) bahwa remaja perempuan yang sudah terkena obesitas ketika berumur 11 tahun memperoleh nilai yang lebih buruk ketika berusia 11, 13, dan 16 tahun, dibandingkan remaja yang tidak mengalami obesitas.

Penyebab obesitas menurunkan prestasi sekolah anak (terutama pada remaja perempuan) masih belum bisa dipastikan, dugaan kuat adalah bahwa obesitas mempengaruhi kesehatan mental para remaja.

Utamanya pada anak remaja perempuan yang lebih terpengaruh oleh kondisi berat badannya (yang tidak ideal) dibandingkan anak laki-laki.

Obesitas membuat anak tidak percaya diri, tidak nyaman, tidak mencintai dirinya sendiri, hingga bisa mengalami depresi. Hal ini berefek buruk pada kemampuannya dalam menyerap pelajaran di sekolah, bahkan anak bisa bolos sekolah karena di-bully teman-temannya.

#13. Masalah lainnya
dr Damayanti R Syarif, SpA, dari Subbagian Nutrisi dan Metabolik Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, menjelaskan bahwa anak obesitas rentan mengorok dan terbangun pada malam hari, sering mengompol, sering mengantuk pada pagi hari, yang membuat porses belajarnya terganggu.

Obesitas juga mengakibatkan komplikasi seperti, nyeri abdomen, gangguan fungsi hati, psikososial dan perkembangan seksual. dr Damayanti R Syarif, SpA mengatakan sampai saat ini belum ditemukan obat-obatan resmi untuk mengatasi anak yang mengalami obesitas.

Selain itu, menurunkan berat badan pada anak obesitas tidak boleh secara drastis, tetap penting memperhatikan diet kalori seimbang sesuai dengan usianya.

Disrankan melakukan aktivitas 20-30 menit per hari (minimal 4 kali seminggu) untuk melakukan jalan-jalan, bersepeda, jongging, dll, hal ini berdasarkan dari apa yang disukai anak.

dr Damayanti R Syarif, SpA juga meminta agr orang tua mengurangi waktu anak untuk nonton televisi. Diring anak untuk melakukan aktivitas gerak, tetapi jangan berlebihan juga (seperti olahraga terus menerus sampai 2 jam, dll)  karena malah memberikan efek negatif.

Ukur tingkat kegemukan berat badan dengan teknologi IMT
IMT merupakan pengukuran untuk menentukan apakah berat badan seseorang diklasifikasikan sebagai berat badan di bawah normal, normal (ideal), kelebihan berat badan, dan obesitas.

IMT diukur dengan rumus berat (dalam kilogram) dibagi tinggi badan kuadrat (dalam meter2). Pengukuran IMT anak Anda akan dibandingkan dengan IMT anak-anak lain dengan jenis kelamin, usia dan tinggi yang sama.

Untuk menghitung IMT anak Anda bisa dilakukan dengan mudah di situs Kidshealth.org

Cara mengatasi bahaya obesitas pada anak sekolah
Perliu diingat, pengurangan berat badan harus dilakukan dalam jangka panjang, yang dilakukan secara bertahap. Normalnya dapat menurunkan bobot tubuh sekitar 0,5-0,9 kilogram per minggu.

#Bicara dari hati ke hati dengan anak
Pembicaraan berat badan menjadi topik sensitif, terutama pada anak baru yang beranjak remaja. Tetapi, tidak membicarakannya sama sekali juga salah, sehingga disinilah pentingnya kebijakan orang tua.

Hal penting yang perlu dilakukan, yaitu pastikan anak tahu bahwa proses mengatur pola hidup berguna untuk penurunan berat badannya, sehingga dirinya menyadari tentang apa yang dilakukannya  demi kebaikan, sehingga anak tidak mengeluh walaupun dilakukan dalam jangka waktu yang lama sekali.

Orang tua juga perlu “merayu” anak bisa terbuka dengan masalah-masalah yang dihadapinya, berikan pujian ketika ada keberhasilan-keberhasilan yang dicapai oleh anak, walaupun kecil.

Ingatkan anak bahwa Anda mencintainya “tanpa syarat” apapun, walaupun tubuhnya yang gemuk, wajahnya yang tidak ganteng atau cantik, dsb. Sehingga bagaimanapun kondisi anak,  bagaimanapun yang dikatakan orang lain tentangnya...

...pastikan sang anak mengetahui bahwa Anda mencintainya, hal ini membuat anak akan merasa diterima, serta mendorongnya untuk terbuka tentang semua masalah yang dihadapinya.

#Pola makan sehat
Hal terpenting, ganti sebisa mugkin makanan jenis kemasan, diganti buah-buah dan sayuran segar.
Jangan terlalu sering makan di luar bersama keluarga, terutama di restoran siap saji, yang umumnya makanannya mengandung kolesterol tinggi, gula tinggi dll.

Disarankan untuk memasak makanan sendiri saja, hal ini agar dapat mengontrol kandungan kolesterol dan kalori di dalam makanan yang dikonsumsi anak. Utamakan cara masakan dengan cara mengukus atau merebus, dibandingkan dengan cara menggoreng.

Terapkan makan bersama-sama pada anggota keluarga, yang memberikan dampak positif yaitu mendekatkan antar anggota keluarga, menyenangkan, serta menghindari anak menonton TV sambil makan besar maupun cemilan, karena membuat anak kehilangan kontrol dalam mengonsumsi makanan.

Dalam mengubah pola makan anak menjadi sehat, tentunya dilakukan secara perlahan dan dalam jangka waktu yang panjang. Hal yang kurang bijak membatasi semua makanan berkalori tinggi, dsb.

#Gunakan “metode 90/10”
Cobalah membuat aturan bijak dalam keluarga,  seperti metode 90/10. Apa maksudnya? Yaitu 90 persen makanan sehat, dan 10 persen adalah makanan enak (yang mungkin kurang sehat).

Memang penting menghindari makanan tidak sehat, tetapi bukan berarti menghilangkannya sama sekali. Diet terlalu ketat malah dapat menjadi bumerang bagi Anak, karena anak akan merasa terlalu dikekang yang tidak baik bagi psikologinya.

Dengan begitu, anak boleh sekali-kali untuk makan-makanan seperti pizza, es krim, hamburger, kue ulang tahun, dsb.

#Penting untuk mengajak anak beraktivitas
Aktivitas fisik tidak melulu tentang olahraga terstruktur, kita bisa mengajak anak melakukan aktivitas fisik yang disukainya, itu bisa berupa lompat tali, bersepeda, dll.

Orang tua harus semaksimal mungkin membatasi waktu anak untuk duduk menonton TV ataupun bermain game, minilnya batasi agar tidak lebih dari dua jam dalam setiap harinya.

Ajarkan gaya hidup sehat, serta berikan contoh dengan mempraktikkan gaya hidup sehat pada anak, sehingga orang tua juga harus memiliki gaya hidup sehat, seperti suka makan sayur, rajin olahraga, tidak merokok, tidak munum-minuman beralkohol, dll.

Lebih baik jangan memasukan TV ke dalam kamar tidur anak, karena dapat menganggunya, dengan meletakan TV ataupun komputer di luar kamar anak, hal ini membantu anak agar bisa tidur lebih berkualitas, nyaman dan nyenyak.

Jangan lupa:
  1. Pilihkan makanan yang sehat, seperti susu yang rendah lemak, daging, sayur dan buah. Hindari memberikan anak makanan cepat saji, mie instan, junk food, snack ringan, makanan yang tinggi kandungan manis, dan makanan dengan lemak tinggi.
  2. Berikan sarapan pada anak sebelum berangkat ke sekolah, serta membawakannya bekal untuk makan siangnya di sekolah, sehingga orang tua bisa mengontrol asupan gizi anak dengan baik.
  3. Dalam mengolah makanan, utamakan dengan dikukus atau direbus, jangan sering-sering mengolah makanan dengan cara menggoreng.
  4. Biasakan agar anak untuk makan di meja makan, bukan di depan tv, layar computer, atau kamarnya.
  5. Batasi aktifitas bermain game, menonton video atau penggunaan laptop, gadget, dan komputer. Latih anak agar tebiasa bergerak tubuhnya.
  6. Ajaklah anak untuk melakukan kegiatan di luar rumah, apapun itu, hal ini baik untuk fisiknya, dan juga untuk bersosialisasi dengan lingkungan.
  7. Berikan susu yang rendah lemak serta tinggi kalsium pada Anak

Sumber: Voaindonesia.com | Life.viva.co.id | Alodokter.com | Dokter.id                              

0 komentar :

Posting Komentar