14 Bahaya Kecanduan Bermain Game Bagi Anak & Pelajar (24 Cara Mengatasinya)

Senin, 25 Juli 2016

14 Bahaya Kecanduan Bermain Game Bagi Anak & Pelajar (24 Cara Mengatasinya)


Dunia anak memang sering disebut dengan dunia bermain, dimana anak-anak banyak menghabiskan waktu dengan bermain, baik itu dengan keluarga, saudara maupun teman-temannya.

Adapun yang menjadi pembahasan kali ini, bahwa fenomena saat ini, aktifitas anak untuk bermain di luar ruangan semakin menurun, hal ini merupakan hal yang kurang baik karena anak kekurangan aktivitas fisik (bukan berarti tidak boleh bermain di dalam ruangan)...

...salah satu penyebabnya anak terlalu sering bermain video game, yang sekarang ini semakin banyak jumlahnya, baik itu dimainkan di gadget, laptop, maupun komputer.

Banyak orangtua yang salah mengira, bahwa anaknya jenius karena pintar bermain game, yang terjadi justru anak-anak yang terlalu sering bermain video game bisa membahayakan kondisi fisik maupun psikologisnya.

Bahaya Kecanduan Bermain Game Bagi Anak & Pelajar (24 Cara mengatasinya)

Penelitian yang pernah dipublikasikan di Jurnal Pediatrics, antara lain penelitian dilakukan di Seattle Children’s Research Institute (2011), Lowa State University (2010), dan Stanford University School of Medicine (2009)...

...menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa kebanyakan bermain game bisa mengganggu proses tumbuh kembang anak.

Game juga dapat membuat anak dan remaja kecanduan, seperti halnya obat narkotika, minuman keras ataupun judi

#1. Gangguan pada radang sendi anak
Masalah kesehatan yang tidak jarang dialami anak yang suka bermain game adalah postur tubuhnya yang membungkuk, karena posisi duduk anak yang tidak beraturan (dan kurang baik) saat bermain game.

Pada sebuah penelitian di Inggris dan Amerika Serikat, menemukan penyebab dari sakit dan nyeri yang dialami anak-anak setelah bermain game di handphone, ataupun membuka aplikasi lainnya selama berjam-jam…

...yaitu kondisi gerakan tangan yang sama dan berulang-ulang saat anak bermain game di handphone. Yang jika sudah sangat lama menggunakan handphone, maka memberikan dampak cukup parah berupa rasa nyeri yang dahsyat di pergelangan tangan.

#2. Gangguan pada penglihatan anak
Sering bermain game juga bisa menimbulkan masalah pada organ mata, bermain game yang terlalu lama disertai dengan jarak mata dan monitor yang terlalu dekat, dapat memberikan dampak buruk pada penglihatan anak.

Menurut Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si., seorang play therapist, bahwa bermain game di handphone, laptop komputer atau gadget lainnya memang memberkan daya stimulus yang kuat bagi anak, karena adanya gerak dan suara.

Tetapi, terlalu lama bermain game bisa menimbulkan bahaya, dimana menyebabkan anak sering “terlalu” fokus pada layar saja, yang mengakibatkan tracking pada mata, yang akhirnya menurunkan kemampuan anak dalam membaca.


#3. Bahaya obesitas pada anak
Sering bermain video game, membuat kurangnya aktivitas anak di luar ruangan, dimana mereka hanya duduk saja depan layar bermain game hal ini membuat anak bisa terkena obesitas.

Walaupun jarang terjadi, tetapi anak yang sudah kecanduan bermain game ini, minimalnya akan mengurangi aktivitas geraknya, dimana seharusnya anak seumumrnya perlu sering melakukan aktivitas fisik, guna menunjang kekuatan tubuhnya yang sedang tumbuh.

#4. Gangguan motorik anak.
Tubuh yang jarang untuk digerakan ini, terutama lagi pada anak-anak, beresiko mengurangi kesempatan anak untuk melatih kemampuan motoriknya, yang bisa memberikan risiko fatal pada anak.

#5. Gangguan kesehatan secara umum
Menatap layar video games terus menerus dalam waktu yang lama, mengakibatkan anak rentan mengalami sakit kepala, nyeri leher, gangguan tidur, hingga gangguan penglihatan.

#6. Banyak game yang mengandung unsur kekerasan
Terlalu sering bemain game akan berpengaruh negatif terhadap kepribadian anak itu sendiri. Hal itu karena saat anak berumur dala, rentang 4-17 tahun akan cenderung menyerap dan meniru segala sesuatu yang dilihatnya.

Yang menjadi masalah, banyak sekali game game yang biasa dimainkan oleh anak-anak mengandung unsur kekerasan, sehingga tidak mendidik...

...hal inilah yang memicu karakter anak terbentuk menjadi seorang pemberontak, susah diatur dan sering membuat masalah.

#7. Perubahan sikap dan perilaku anak
Hal yang tidak kalah buruknya, bahkan sangat buruk, anak seharian bermain video game membahayakan kondisi psikologisnya, lebih parah lagi jika game yang dimainkan oleh anak mengandung unsur kekerasan.

Hal ini bisa berakbiat fatal, sangat dikhawatirkan anak akan menirukan apapun yang telah dilihatnya, sehingga janganlah heran jika sekarang sering ditemukan kasus kekerasan yang pelakunya ternyata masih anak-anak usia sekolah dasar.

Penelitian ilmiah yang telah dilakukan, menemukan hasil bahwa anak yang sering bermain game dengan konten kekerasan cenderung berprilaku lebih agresif.

Sebuah kasus yang terjadi pada seorang anak berusia empat tahun. Dia sering bermain game Angry Birds, dan saat sang ibu memintanya untuk berhenti memainkan game…

...maka responnya menjadi agresif dan berani membentak. Apabila handphone yang dipegangnya (untuk bermain game) diambil paksa, maka dia mulai menangis.

Kejadian ini menimbulkan sebuah kekhawatiran tersendiri bagi orang tua, terhadap kondisi perkembangan mental anak.

#8. Masalah sosialisasi pada anak
Aanak bermain game, maka dirinya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain dengan mesin (bukan manusia).  Hal ini menyebabkan anak akan tumbuh menjadi sosok yang merasa canggung dan kurang nyaman ketika bergaul dengan teman-temannya.

Sebuah studi oleh National Institute yang berbasis di Minneapolis untuk Media dan Keluarga, menemukan hasil penelitiannya bahwa video game bisa menjadi adiktif bagi anak-anak.

Kecanduan video game pada anak beramibat meningkatkan depresi dan kecemasan. Anak-anak yang kecanduan game menunjukkan fobia sosial. Sehingga anak-anak yang kecanduan video game mengalami prestasi sekolah yang buruk.

#9. Mengalami masalah komunikasi
Kegiatan berkomunikasi tidak hanya berupa bicara dan mendengarkan kalimat yang terucap, tetapi perlu juga memiliki kemampuan membaca ekspresi lawan bicara, serta kondisinya.

Anak yang kurang sering bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari, biasanya akan kesulitan untuk memiliki kemampuan ini.

loading...

#10. Mengikis empati anak
Tidak jarang menimpa anak, yang bermaini jenis game yang memiliki konten kekerasan, seperti perang-perangan, martial art, dsb... mengakibatkan terkikisnya empati si anak terhadap orang lain.

Hal ini tentu sangat tidak baik. Tidak sedikit anak-anak yang meniru tokoh pahlawan dalam permainan gamenya, sehingga melakukan kekerasan terhadap teman-temannya.

Hal ini karena anak mengalami obsesi negatif, yaitu perasaannya yang tertekan ketika tidak bermain game, sehingga anak terus berpikir tentang game dan ingin bermain untuk waktu yang cukup lama.

#11. Mengabaikan kebutuhan lain.
Misalnya terganggunya belajar anak, makan, mandi, tidur, dan anak lebih suka bermain game sendiri di depan komputer dibandungkan bergaul dengan saudara atau teman di lingkungan sekitarnya.

Seharian bermain game membuat anak terisolasi secara sosial. Anak lebih banyak menggunakan waktunya untuk bermain game, dari pada kegiatan penting seperti mengerjakan PR, olahraga, belajar, membaca buku bermanfaat, olahraga, dan berinteraksi bersama keluarga dan teman-teman.

#12. Mendorong ketidakjujuran
Mengenai waktu dan uang yang sudah mereka habiskan untuk bermain game, ketika ditanya tentang aktivitasya dan uang yang digunakannya, mereka akan melakukan kebohongan untuk melindungi kesenangan bermain gamenya.

#13. Anak tidak mampu mengendalikan diri
Pecandu game yang sudah parah, yang beramin bisa sepanjang malam. Sehingga tidak ada aktivitas lainnya yang seharusnya dilakukannya, hal ini akan menghambat kemampuan anak dalam mengatur waktunya sendiri dengan baik.

#14. Mempengaruhi otak
Perubahan struktur otak akibat kecanduan game dapatdiketahui dengan pemeriksaan MRI (Magnetic Resonansi Imaging). Pecandu game mengalami peningkatan metabolisme glukosa dalam gyrus orbitofrontal kanan tengah, nukleus caudatus kiri, dan insula kanan dari otak.

Kesenangannya membuat anak “terlalu” lama bermain game, yang akhirnya berakibat pada perubahan struktur dendrit sel-sel di otak, yang menyebabkan anak mengalami masalah dalam mengontrol perilaku sehari-harinya.

Pada penelitian yang diterbitkan di Psychology of Popular Media Culture pada tahun 2012, penelitian tersebut menemukan bahwa bermain game (terlalu lama) dapat menyakiti masalah konsentrasi...

...memang bermain game meningkatkan kemampuan anak untuk berkonsentrasi dalam jangka pendek, tetapi merusak konsentrasi dalam jangka panjang .

Data dari penelitian di Amerika serikat menyatakan 1 dari 10 gamer mengalami gangguan kehidupan sosial, prestasi belajar, sekolah dan masalah di pekerjaan bagi orang dewasa.

Walaupun sekarang banyaki game ataupun aplikasi yang dikembangkan khusus untuk anak-anak, akan tetapi penggunaan yang berlebihan tetap saja berakibat fatal bagi anak-anak.

Beberapa dampak negatif dan bahaya bermain game video game bagi anak, mencangkup game online, game komputer / laptop, tablet, hingga Hand Phone.


Cara mengatasi kecanduan bermain game (online, dll) bagi anak & pelajar
  1. Penting membatasi waktu bermain game online ataupun lainnya, maksimal hanya 2 jam sehari (kalau bisa batasi hanya 1 jam dalam sehari). Hal ini untuk mencegah anak kecanduan.
  2. Pastikan anak sebelum bermain game, semua tugas sekolahnya sudah diselesaikan, karena setelah bermain game, biasanya anak akan kelelahan pikirannya.
  3. Buat sebuah peraturan bersama anak, bahwa jika ingin bermain game maka sebelumnya perlu melakukan aktivitas belajar dan kegiatan sosialisasi dengan teman-temannya.
  4. Expose anak ke aktifitas lain. Orang tua bisa mengarahkan anak untuk bergabung ke dalam suatu kegiatan positif, utamanya yang berkaitan dengan manfaat secara fisik dan kemampuan sosialisasi.
  5. Awasi aktivitas anak saat bermain game, pastikan agar jangan sampai meniru hal-hal buruk yang mungkin terdapat pada game yang dimainkannya.
  6. Pilih jenis permainan yang edukatif, yang juga sesuai dengan usia anak.
  7. Hindari meletakkan perangkat bermain video game di kamar anak, hendaknya diletakkan di ruang keluarga, sehingga orang tua tetap bisa mengawasi.
  8. Jika isi game menyimpang, pahamkan anak bahwa kehidupan nyata tidak seperti yang digambarkan dalam permainan game tersebut (yang dimainkannya).
  9. Ajak anak tamasya seperti ke pantai atau keluar kota, dimana anak nantinya menikmati alam bersama keluarga.
  10. Ajak anak melakukan kegiatan olahraga, hal ini membantu anak untuk melupakan game online. Anda bisa mengajak anak pergi ke taman untuk bermain sepak bola, basket, bulu tangkis, baseball, dll.
  11. Doronglah anak untuk ikut kegiatan ekstrakurikuler sekolah, biasanya ada banyak jenis estrakurikuler sekolah, dorong anak agar menyukai salah satunya, hal ini membuat anak terlatih untuk bersosialisasi serta melatih fisiknya.
  12. Ajak meraka untuk ikut mengaji di masjid, seperti belajar membaca Al-Quran, melakukan sholat dan mendengarkan ceramah. Hal ini sangat penting untuk anak, selain untuk fisik dan mentalnya, juga menambah keimanan mereka kepada Allah, sehingga kelak tumbuh menjadi orang yang baik.
  13. Dorong dan dukung anak jika dirinya mulai ingin berhenti bermain game online, pastikan orang tua dekat dengan anaknya, sehingga anak dapat terbuka dalam mengungkapkan masalah-masalahnya.
  14. Dorong anak hingga akhirnya mau berbaurlah dengan orang lain, hal ini karena berinteraksi dengan orang lain sangatlah penting, tugas orang tua adalah  mencarikan teman-teman yang baik bagi anak.
  15. Orang tua perlu secara bertahap menjauhkan perangkat game dan aplikasi game dari jangkauan anak-anak. Jika bisa, sembunyikan perangkat game. Tetapi ingat, tindakan ini perlu dilakukan secara bertahap, agar anak tidak kaget dengan hal ini, sehingga lama kelamaan anak akan terbiasa, mungkin proses ini membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan.
  16. Jika memang orang tua tidak bisa menyembunyikan perangkat game dari anak-anak, maka setidaknya letakan perangkat game (komputer, lapop, tablet, dll) di ruang terbuka, seperti di ruang keluarga.  Sehingga orang tua bisa mengawasi anak dalam bermain game.
  17. Tidak perlu langsung melarang anak total berhenti main video game, bisa saja anak apabila dilarang total main game di rumah, maka akan lari ke warnet, sehingga menghentikan kebiasaan anak main game secara perlahan.
  18. Hindari bersikap otoriter, jangan merebut paksa perangkat game yang sedang dimainkan anak, kalau masih bisa melakukan dialog secara lembut, hingga anak mengerti. Tindakan otoriter hanya menghentikan sementara, tetapi di lain waktu membuat anak “lebih berani”, dan balik memusuhi orang tuanya.
  19. Orang tua juga bisa mengajak anak bicara baik-baik, agar nantinya bisa dibuat perjanjian bahwa mereka hanya bisa bermain game di waktu libur saja.
  20. Coba mengalihkan perhatian anak dengan beragam kegiatan, agar hari-hari anak padat dengan akivitas yang bermanfaat, di lain waktu Anda bisa mengajak anak berjalan-jalan untuk merefresh pikirannya.
  21. Pilih game yang sesuai dengan usia anak, yang mendidik anak, merangsang daya nalarnya, pengetahuan, menghibur, membangun imajinasi dan kreatifitas anak. Penting menghindari game dengan unsur kekerasan, seperti adegan berkelahi, membunuh, memukul, darah berceceran, dll.
  22. Apabila memang akan membelikan game untuk anak, pastikan tidak membelikan games yang berlogo M atau A,  karena itu adalah logo yang menandakan game tersebut hanya boleh dimainkan oleh orang dewasa, atau 18 tahun keatas. Pilih yang berlogo misal eC =Early Childhood, atau E=everyone,
  23. Pastika kedua orangtua sudah cukup memberikan waktu dan perhatian untuk sang anak, hal ini agar mencegah anak asyik dengan aktivitas yang menyimpang.
  24. Jangan lupa! Dari temannya, terkadang anak saling mengkopi games, orang tua perlu mengontrol game yang dimainkan anak.

0 komentar :

Posting Komentar